Wednesday, October 11, 2006
sebuah catatan pagi:
untuk AJ Moniques...
bisakah kita memisahkan impian, khayalan dengan kenyataan? mungkinkan kita hidup hanya dalam kenyataan tak peduli terkadang pahit ada kalanya manis, dan mengabaikan impian yang tak pernah diundang sedang mimpi itu sering menjadi kebahagiaan buat kita, atau menolak khayalan yang karenanya padanya hidup menjadi makin berarti?
seringkali aku tak mampu memisahkan ketiganya, atau kadang aku tak peduli untuk menikmati impian, khayalan dan kenyataan sekaligus. meski kadang khayalan pahit ketika terbentur kenyataan.
adalah kenyataan di diriku kini tumbuh cinta untuk kutaburi padamu. cinta yang semula ada dalam khayalan kita, kini makin kabur dari batas-batas yang kita sepakati bersama dan membuncah, menguasai kesadara kita dan hidup dalam kenyataan kesadaran kita. dan kenyataan ini menghias mimpi-mimpiku menjadi tentangmu. mimpiku adalah bersamamu. mimpiku adalah memelukmu, adalah mendekapmu, menatap wajahmu, menyentuhmu... impian bahwa kau ada dihadapanku, nyata dijangakauanku. tak sirna sebagaimana mimpi yang terpenggal waktu ketika terjaga...
tapi adalah kenyataan bahwa aku harus menyimpan khayalanku tak lebih dari sekedar mimpi-mimpi, karena kenyataan menitahkanku. kenyataan melarangku. khayalan menertawakanku. kenyataan tak bisa kupungkiri bahwa cinta bagiku, bagimu, bagi kita... cinta yang kita punya, yang kita rasa, adalah akan lebih subur tumbuh dalam khayalan-khayalan dan impian kita. kenyataan hanya akan menjadi vonis kematian bagi rindu kita yang baru saja tersemai. ladang bagi cinta kita adalah impian. meski rindu yang tumbuh menyemai adalah kenyataan. perasaan hangat, debar, getar, yang hadir tiap kali kusebutkan namamu, adalah juga kenyataan yang turut menyuburkan khayalan-khayalanku. cinta adalah kenyataan bagiku. dan menaburimu dengan cintaku adalah impian berjutaku, khayalan terindahku.
aku tak tahu kapan akhirnya aku terbelenggu dengan semuanya, kenyataan, khayalan atau impian-impianku dan mengaburkan semua batas-batas yang jelas awalnya.
aku tak tahu dibagian mana aku lebih menyukai untuk hidup lebih lama. apakah menerima kenyataan sebagai tuan yang menguasai benakku, atau membiarkan khayalan dan impian melambungkanku jauh ke mega-mega, bersamamu.
ketiganya hidup dan menghidupiku.
kesemuanya membuatku lengkap.
diatas semuanya, aku tak ingin ingkar pada hati dan perasaanku.
aku mencintaimu, tumbuh apa adanya...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment